Pentingnya Narasi Pembangunan (Catatan Kecil Untuk Kabinet Baru)

Koridor.co.id

Oleh: Adib Ahmadi

Kalisoga, Koridor.co.id Pada tanggal 21 Oktober 2024, Indonesia akan menyaksikan pelantikan kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Pelantikan ini menandai babak baru dalam perjalanan pembangunan nasional, di mana kebijakan-kebijakan baru akan diterapkan untuk menjawab tantangan besar yang sudah menanti.

Kabinet yang baru dilantik ini diharapkan mampu menghadirkan arah yang jelas dalam pembangunan negara, yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis manajerial, tetapi juga melibatkan visi dan narasi menyeluruh.

Perihal narasi pembangunan penting untuk diangkat kembali, karena pembangunan sering kali dipandang sebagai serangkaian kebijakan teknis yang menitikberatkan pada aspek manajerial. Kebijakan teknis ini cenderung memprioritaskan hasil-hasil fisik, seperti gedung, jalan, atau jembatan, tanpa mempertimbangkan visi jangka panjang yang lebih luas.

Meski penting bagi pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, pembangunan yang hanya berfokus pada aspek teknis akan kehilangan makna yang lebih mendalam. Ia akan menjadi aktivitas mekanis tanpa ruh dan elan.

Pembangunan harus dipandu oleh narasi tentang arah dan tujuan yang lebih luas. Narasi ini memberi konteks dan makna bagi setiap kebijakan pembangunan. Dengan narasi yang jelas, pembangunan akan memiliki tujuan jangka panjang yang lebih komprehensif, tidak hanya berorientasi pada hasil material, tetapi juga mencakup aspek sosial, budaya, dan spiritual. Narasi tersebut mengarahkan pembangunan agar lebih berdampak positif bagi masyarakat, memperjelas siapa yang akan diuntungkan, dan bagaimana pembangunan itu akan mengubah kehidupan mereka.

Narasi yang kuat dalam pembangunan akan membuat kebijakan lebih mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat. Masyarakat akan merasa lebih terlibat ketika memahami arah dan tujuan pembangunan. Pembangunan yang memiliki narasi menjadi inklusif, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dan memberikan dampak yang dirasakan bersama. Tanpa narasi yang kuat, masyarakat akan merasa terpinggirkan atau hanya akan menjadi penonton dalam proses pembangunan.

Narasi ini juga memberikan makna dan nuansa pada pelaksanaan pembangunan. Yakni, menciptakan suasana yang berbeda, di mana masyarakat tidak hanya melihat hasil fisik, tetapi juga bagaimana pembangunan memengaruhi kehidupan mereka secara keseluruhan dan bagaimana setiap perkembangan pembangunan dirasakan bermakna dan ‘hidup’ bagi masyarakat.

Selain itu, narasi yang kuat memberikan energi bagi pelaksanaan pembangunan. Kebijakan yang hanya dikelola secara teknis sering kali kehilangan semangat pelaksanaannya. Dengan narasi yang jelas, semua pihak yang terlibat akan merasa memiliki tujuan yang lebih besar, meningkatkan motivasi untuk mencapai hasil yang lebih baik. Energi ini penting karena mendorong kolaborasi dan membuat pembangunan lebih dinamis, bukan hanya serangkaian tugas administratif.

Pada akhirnya, pembangunan sejati itu memperhitungkan kebutuhan masyarakat secara holistik, memberikan makna pada seluruh dinamika kehidupan, memberikan harapan-harapan yang cukup berarti untuk dicapai secara bersama dan melahirkan partisipasi yang mendalam sebagai bentuk rasa memiliki. Narasi pembangunan adalah upaya membungkus itu semua dalam bentuk kata-kata, pesan, slogan dengan diksi yang kuat sebelum sebuah rencana pembangunan dimulai dan selama pelaksanaan pembangunan dijalankan.

*** Penulis adalah Pegiat Padepokan Kalisoga desa Slatri, Larangan, Brebes.

Artikel Terkait

Terkini