
Jakarta, Koridor.co.id – Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto dan wakilnya mengunjungi Uni Emirat Arab dalam perjalanan luar negeri pertama mereka sejak kemenangan pemilu mereka baru-baru ini.
Mereka bertemu dengan presiden UEA Mohammed bin Zayed (MBZ) di Abu Dhabi pada Senin (13/5) dan membahas penguatan kerja sama pertahanan dan militer antara kedua negara, menurut Kementerian Pertahanan.
Dalam video yang dirilis Kementerian Pertahanan, tampak Prabowo memperkenalkan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka kepada bin Zayed.
Dalam pertemuan ini, Prabowo dan Al Nahyan membahas hubungan bilateral, terutama peningkatan bidang pertahanan dan militer untuk kepentingan kedua negara.
“Saya berharap hubungan Indonesia dan UEA dapat terus berkembang dan tumbuh sesuai dengan ambisi kedua negara dalam memperkuat kerja sama di berbagai bidang, termasuk pertahanan,” kata Prabowo saat bertemu MBZ dalam keterangan Kementerian Pertahanan pada Selasa (14/5).
Kerja sama di bidang pertahanan ini bisa meliputi latihan perang bersama, pendidikan pertukaran prajurit hingga saling belajar tentang teknologi alutsista masing-masing negara.
Selain itu, keduanya juga bertukar pandangan tentang sejumlah isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama.
Prabowo pada kesempatan itu juga menerima “Medali Zayed” dari Al Nahyan sebagai apresiasi atas upaya tulus yang telah dilakukan dan peran Prabowo dalam memperkuat hubungan kerja sama antara UEA dan Indonesia.
“Menhan Prabowo merasa bangga menerima medali yang mengusung nama tokoh kemanusiaan global, almarhum Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan itu,” terang Kementerian Pertahanan.
Di akhir pertemuan, Al Nahyan menyampaikan salamnya untuk Presiden Joko Widodo melalui dan berharap hubungan yang strategis antara UEA dengan Indonesia demi kemakmuran kedua negara.
Perlu Dorong Hibah Alutsista
Ryantori, pengamat Hubungan Internasional Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama), mengatakan Indonesia perlu mendorong UEA agar mau menghibahkan alutsista beserta biaya maintenance-nya.
“Sebenarnya kemarin UEA sempat menawarkan pesawat Mirage generasi terdahulunya. Namun, kita terkendala dengan biaya perawatannya serta kemampuan yang sudah kalah kelas,” ujar Ryantori kepada Koridor.
“Dari informasi terakhir ternyata pesawat tersebut sudah dilepas ke Maroko,” tambahnya.
Sekiranya kerja sama terkait hibah menemui jalan buntu, ucap Ryantori, kemungkinan kerja sama pertahanan yang prospektif berikutnya adalah membujuk UEA untuk membeli Kapal Perang produk Indonesia yang diproduksi PT PAL.
“Walaupun belum masuk kategori peralatan perang yang super canggih semisal Fregat, Destroyer dan kapal induk, namun PT PAL sudah merintis kapal perang jenis Korvet dan kapal selam dan diakui memiliki kualitas yang bagus,” ucap dia.
Dia menambahkan hubungan Indonesia dengan UEA sudah dirintis menggunakan pendekatan diplomasi ekonomi sejak lama dan mendapat momentum saat Pemerintahan Presiden Jokowi.
“Saya kira, inilah yang akan diteruskan oleh Presiden Prabowo di masa pemerintahannya nanti dari pertemuan Presiden Prabowo dalam lawatan ke UEA,” jelasnya.
“UEA sangat patut diperhitungkan karena memang secara ekonomi negara ini sedang dalam kondisi meningkat. Indonesia ke depan sangat membutuhkan negara-negara yang bisa berinvestasi besar dan UEA adalah salah satunya,” sambungnya.
Mitra Dagang Kedua setelah Saudi
Sementara itu, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Al-Azhar Indonesia, Raden Mokhamad Luthfi mengungkapkan, Prabowo pernah berkunjung ke Uni Emirat Arab (UEA) sebagai menteri pertahanan di Tahun 2022.
“Sebagai President-elected, tampaknya ini adalah kunjungan ke kawasan Timur Tengah yang pertama bagi Prabowo yang juga ditemani Vice President-elected.”
Menurutnya, UEA merupakan negara penting bagi Indonesia karena merupakan mitra dagang terbesar kedua setelah Arab Saudi.
Di masa Presiden Jokowi, hubungan Indonesia-UEA bahkan meningkat dengan di tandatangan kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang kemudian berlaku mulai September 2023.
UEA merupakan pasar bagi produk minyak kelapa sawit, sektor otomotif, industri besi, dan lain-lain.
Bagi UEA, Indonesia merupakan negara yang penting untuk mendapatkan manfaat ekonomi melalui ekspor energi, petrokimia, dan lainnya. Hubungan ini bisa saling menguntungkan bagi Indonesia dan UEA.
Dalam sektor pertahanan, kata Luthfi, UEA bisa menjadi hub atau pusat penghubung pemasaran produk industri pertahanan Indonesia di Timur Tengah.
Sebagai contoh, UEA telah menandatangani kontrak pengadaan kapal Landing Platform Dock (LPD) dari PT PAL senilai USD 408 juta.
Hal ini sangat menjanjikan bagi PT PAL dan industri pertahanan Indonesia untuk memasarkan produk pertahanan lainnya ke Timur Tengah.
Tentu saja dengan catatan bahwa kualitas produk yang dipasarkan harus setara dengan produk industri pertahanan negara maju.
“Saya kira ini justru tantangan bagi industri pertahanan Indonesia untuk membuktikan kualitas dan mempertahankan pasar alutsista yang sudah mulai terbuka di Timur Tengah,” ujarnya.
UEA Serius Mengembangkan Militernya
Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menyatakan dalam dua dekade terakhir, UEA telah mengembangkan diri menjadi negara yang sangat serius meningkatkan pengaruh dan kapabilitas militernya.
UEA diketahui memiliki ambisi besar untuk terlibat dalam sejumlah konflik bahkan hingga di luar kawasan Timur Tengah. Jejak kehadiran UEA tampak di Kosovo, Somalia, Yaman hingga Afganistan.
UEA terutama di masa MBZ ini sudah berhasil mengukuhkan posisinya sebagai mitra strategis dan penting bagi Amerika Serikat dan NATO di Timur Tengah, selain Arab Saudi. Untuk memastikan pengaruhnya, UEA bahkan berani mempertegas hubungannya dengan Israel dan berselisih dengan Turki.
“Karena ambisinya yang besar, sudah jelas UEA membutuhkan kolaborasi yang kuat untuk meningkatkan kapabilitas pertahanannya, termasuk juga mengembangkan industri pertahanan,” katanya.
Sejak 2020, Indonesia dan UEA sudah memiliki memorandum saling pengertian untuk meningkatkan kerja sama pertahanan dan industri pertahanan.
Ada beragam bentuk kerja sama yang disepakati dan sudah berjalan, terutama dalam hal kerja sama latihan dan pelatihan militer, juga pertukaran perwira untuk peningkatan SDM militer dan pengembangan teknologi alutsista bagi masing-masing negara.
“Nah sejak 2022, kerja sama pertahanan kedua negara merambah ke industri pertahanan. Tiga BUMN di bawah defend.ID yaitu PT PAL, PINDAD dan PTDI telah menandatangani kerja sama yang berkaitan dengan pengembangan bisnis dan produksi bersama, akselerasi pemasaran dan supply-chain,” katanya.
“Ini tentu sangat positif bagi Indonesia mengingat kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang sangat dinamis dengan potensi konflik tinggi. Kita tahu, konflik adalah pasar utama industri pertahanan,” tambahnya.
Ada instruksi Jokowi
Co-founder Indonesia Strategic and Defence Studies Erik Purnama Putra mengatakan agenda Prabowo ke UEA tidak lepas dari instruksi Jokowi.
“Jadi setelah China dan Jepang, Jokowi minta Prabowo ke Timur Tengah, karena investasi UEA besar di Indonesia” ujarnya.
UEA, yang merupakan negara kaya juga sempat memesan kapal kepada PT PAL.
“Jadi pesanan kapal ke Indonesia itu lebih untuk menjalin diplomasi yang kuat saja agar kita punya hubungan yang baik dan erat dengan Indonesia,” ujarnya.
“Dengan kapasitas uang dan kekuatannya bisa saja langsung beli ke negara maju, apalagi di Eropa, tapi kan dalam menjalin hubungan baik untuk nanti mengikat kita dengan negara lain,” tambahnya.
Menurut Erik, UAE mungkin melihat Indonesia ini menjadi negara potensial ke depannya sehingga dia juga perlu investasi hal-hal seperti ini.
“Gak semata-mata dia butuh kapal, tapi juga untuk menjalin hubungan yang lebih erat,” jelasnya.
Menurut Erik, kita tahu posisi Indonesia bagaimanapun juga bebas aktif dan tidak memihak.
“Tidak bisa dinafikan juga kita sebagai sesama muslim. Itu memudahkan. Mungkin di kalangan UAE juga kalau investasi di Indonesia ini menjanjikan karena kita negara tumbuh grow up. Kalau investasi di negara maju kan pertumbuhannya dikit secara ekonomi. Di kita masih besar,” ujarnya. (Pizaro Gozali Idrus)