Mengungkap Beberapa Mitos Tentang Penyakit Stroke

Koridor.co.id

Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar (10,9%) atau sebanyak 2.120.362 orang. (Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar (10,9%) atau sebanyak 2.120.362 orang. (Kemenkes RI, 2018).

Jakarta, Koridor.co.id – Penyakit stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

Stroke dapat menyebabkan kerusakan otak, cacat, atau kematian. Namun, banyak orang yang masih belum memahami penyakit ini dengan baik dan percaya pada mitos-mitos yang tidak berdasar.

Berikut ini adalah beberapa mitos tentang penyakit stroke yang perlu diketahui dan diklarifikasi.

Mitos 1: Hanya Menyerang Orang Tua

Faktanya: Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, bahkan pada anak-anak dan bayi. Jumlah kasus stroke pada usia muda juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi hal ini. Faktor risiko di usia muda antara lain adalah hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan riwayat keluarga dengan stroke.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga gaya hidup sehat dan mengontrol faktor risiko sejak dini.

Mitos 2: Stroke Tidak Dapat Dicegah

Faktanya: Penyakit ini dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan mengelola faktor risiko yang ada.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegahnya antara lain:

  • Mengukur tekanan darah secara rutin dan menjaganya agar tetap normal
  • Menjaga berat badan ideal dan menghindari obesitas
  • Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol
  • Berolahraga secara teratur selama 30 menit setiap hari
  • Mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak, garam, dan gula
  • Mengelola diabetes dengan baik dan mengontrol kadar gula darah
  • Menghindari stres dan menjaga kesehatan mental

Mitos 3: Stroke Tidak Menimbulkan Gejala Yang Jelas

Faktanya: Stroke biasanya menimbulkan gejala yang jelas dan mendadak, seperti:

  • Kesulitan berbicara atau mengucapkan kata-kata
  • Mati rasa atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh
  • Sulit berjalan atau menjaga keseimbangan
  • Pusing atau vertigo
  • Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata
  • Sakit kepala hebat tanpa sebab yang jelas

Gejala stroke bervariasi tergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan otak. Penting bagi kita mengenali tanda-tanda penyakit ini untuk dapat segera mendapatkan bantuan medis jika kemudian gejala muncul.

Semakin cepat penanganannya, semakin besar juga kemungkinan untuk meminimalkan kerusakan otak dan mempercepat pemulihan.

Mitos 4: Hanya Menyerang Orang Dengan Tekanan Darah Tinggi

Faktanya: Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama penyakit stroke, tetapi bukan satu-satunya.

Ada faktor risiko lain yang juga dapat meningkatkan kemungkinan terkena stroke, seperti:

  • Kolesterol tinggi
  • Penyakit jantung
  • Aritmia jantung
  • Aterosklerosis
  • Penyakit darah
  • Penggunaan pil KB hormonal
  • Usia lanjut

Untuk mengetahui risiko stroke Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Mitos 5: Metode Tusuk Jarum

Mitos berikutnya adalah menusukkan jarum ke telinga, jari tangan, dan atau kaki dapat menyelamatkan penderita.

Faktanya: Mitos ini sangat berbahaya karena tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali. Stroke terjadi karena masalah pada pembuluh darah otak, bukan pada pembuluh darah tepi anggota tubuh lainnya.

Menusuk jarum pada anggota tubuh dapat menyebabkan infeksi bila jarum tidak steril. Selain itu, menusuk jarum juga dapat menyebabkan perdarahan atau kerusakan saraf.

Cara terbaik untuk menyelamatkan penderita stroke adalah dengan membawanya ke rumah sakit sesegera mungkin.

Mitos 6: Pengobatan Dapat Dihentikan Bila Gejala Sudah Menghilang

Fakta: Gejala stroke dapat menghilang seiring dengan waktu, tetapi ini tidak berarti bahwa penyakitnya sudah sembuh.

Stroke dapat meninggalkan bekas luka atau kerusakan pada otak yang membutuhkan perawatan dan rehabilitasi jangka panjang.

Pengobatan stroke juga bertujuan untuk mencegah komplikasi, mengurangi risiko kambuh, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Oleh karena itu, pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa persetujuan dokter.

Mitos 7: Jika Gejala Hilang, Tidak Perlu Periksa Dokter

Fakta: Gejala stroke yang hilang dalam waktu singkat dapat menunjukkan adanya transient ischemic attack (TIA) atau serangan iskemik sementara.

TIA adalah kondisi yang mirip dengan stroke, tetapi tidak menyebabkan kerusakan otak permanen. Namun, TIA dapat menjadi tanda peringatan bahwa Anda berisiko mengalami stroke yang lebih parah di kemudian hari.

Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala yang hilang dalam beberapa menit atau jam, Anda tetap harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Demikianlah beberapa mitos tentang penyakit stroke yang perlu Anda ketahui. Semoga artikel ini dapat membantu Anda memahami penyakit ini dengan lebih baik dan meningkatkan kesadaran Anda untuk mencegah dan mengatasinya. (Kontributor)

Artikel Terkait

Terkini