
Jakarta, Koridor.co.id – The Godfather Part II (1974), film klasik tentang keluarga mafia Corleone di Amerika Serikat dan Italia, adalah mahakarya dunia perfilman.
Kesuksesan film epik karya sutradara Francis Ford Coppola ini terlihat dari keberhasilannya merengkuh enam penghargaan Oscar. Termasuk di antaranya untuk kategori film terbaik dan sutradara terbaik.
The Godfather Part II (1974) mengekspos isu imigrasi, identitas, keluarga, kekuasaan, moralitas, dan nasib dengan cara yang unik.
Penilaian para kritikus terhadap film ini juga umumnya sangat positif. Beberapa kritikus bahkan menyebutnya lebih unggul daripada film pertamanya, The Godfather (1972).
Roger Ebert, salah satu kritikus terkemuka, menulis bahwa film ini “mengembangkan tema Godfather dengan visi artistik yang luar biasa”. Sementara itu Peter Bradshaw dari The Guardian menyebutnya sebagai “karya agung”.
Menariknya, The Godfather Part II (1974) menjadi film sekuel pertama yang meraih Oscar dalam kategori film terbaik. American Film Institute pun tidak segan mengukuhkan film ini sebagai salah satu dari 100 film terbaik sepanjang masa.
Kisah Tentang Dua Generasi
Ada beberapa faktor yang menjadikan film ini sebagai karya sinematik yang luar biasa.
Pertama adalah cara film ini menceritakan dua alur cerita yang berjalan secara paralel. Selain mengisahkan perjalanan hidup putra bungsu dari Don Vito Corleone, Michael Corleone (Al Pacino), film ini juga berkisah tentang masa muda Vito Corleone (Robert De Niro).
Dengan dua alur cerita tersebut, film ini menunjukkan bagaimana Corleone membangun kerajaan mafianya dengan kecerdasan, keberanian, dan loyalitas, serta bagaimana Michael menghadapi tantangan dan konsekuensi dari legasi ayahnya.
Faktor kedua, tentu saja akting gemilang dari Al Pacino dan Robert De Niro. Keduanya mencitrakan tokoh dari dua generasi dengan kesamaan ambisi, kecerdasan, dan kekejaman secara sempurna. Adegan-adegan ikonis, seperti pembunuhan Fanucci dan pertemuan Michael dengan Hyman Roth, misalnya mengukuhkan ketangguhan film ini dari segi akting.
Faktor ketiga, sinematografi, musik, dan penyuntingan yang berkualitas tinggi. Gordon Willis menciptakan sinematografi yang dramatis, sementara musik karya Nino Rota dan Carmine Coppola melengkapi suasana dan emosi sepanjang film. Di sisi lain, penyuntingan film oleh Barry Malkin, Richard Marks, Peter Zinner, dan William Reynolds bisa menghadirkan keselarasan dua alur cerita yang berbeda.
Dengan faktor-faktor tersebut, tidak heran jika The Godfather Part II (1974) dianggap sebagai salah satu karya sinematik terbaik sepanjang masa. Film ini menggabungkan unsur-unsur naratif, visual, audio, dan emosional dengan cara yang brilian.
Hingga saat ini, The Godfather Part II (1974) tetap relevan dengan caranya sendiri. Jangan lupa, film inilah yang mempopulerkan beberapa istilah dan kutipan seperti “I know it was you“, “Keep your friends close but your enemies closer“, atau “This is the business we’ve chosen“. Sebuah bukti bahwa film lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga sebuah legasi. (Kontributor)