Pengamat Prediksi Israel akan Habisi Tokoh Senior Hamas pada 2024

Koridor.co.id

Dr. Ferooze Ali. (Foto: AMEC)
Dr. Ferooze Ali. (Foto: AMEC)

Jakarta, Koridor.co.id – Invasi pasukan Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza terus berlangsung. Total lebih dari 22.000 warga Gaza telah tewas akibat serangan tersebut.

Namun awal Januari 2024, Israel mengumumkan penarikan 5 batalion tentara yang berjumlah 20.000 hingga 25.000 orang dari Gaza.

Jumlah ini merupakan angka yang signifikan. Meski demikian, pertanyaan yang patut diajukan adalah apa yang membuat Israel mengambil tindakan tersebut.

Ferooze Ali, peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan ada dua tujuan utama Israel di Gaza: menyelamatkan sandera Israel dan melumpuhkan Hamas.

“Ini adalah misi yang sangat penting bagi masa depan politik Israel dan Netanyahu. Dan kita sadar bahwa kedua tujuan tersebut masih belum tercapai oleh Israel,” jelas Ferooze kepada Koridor pada Kamis (4/1).

Menurutnya, penarikan lima batalion tentara Israel dari medan perang di Gaza merupakan keputusan taktis yang akan ditindaklanjuti dengan pendekatan yang jauh lebih strategis.

Dalam banyak hal, pendekatan strategis baru ini hanya memiliki satu tujuan: melemahkan Hamas hingga mereka terpaksa bernegosiasi dengan Israel tanpa syarat apa pun.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dua cara dan strategi ini yang ditempuh Israel seiring dengan kemundurannya di Kawasan Mediterania.

Pertama, melalui pembunuhan para pemimpin senior Hamas yang berpengalaman dalam negosiasi dan perencanaan strategi militer Hamas.

Hal ini akan membuat panik barisan pemuda Hamas dan memaksa mereka melakukan negosiasi untuk pembebasan warga Israel tanpa mengikat Israel pada perjanjian yang menguntungkan Hamas.

Pembunuhan pemimpin senior Hamas pada 2 Januari 2024 – Saleh Al Arouri di Beirut adalah skenario terbaru yang bisa diamati.

“Saleh merupakan salah satu pendiri utama Brigade Al-Qassam. Ia masih aktif merencanakan strategi Hamas selain menjadi salah satu negosiator terampil Hamas,” jelas Ferooze.

Cara kedua adalah melalui penguasaan perbatasan Rafah (Gaza Selatan) dekat ‘Koridor Philadelphia’. Isu ini ramai dibicarakan ketika Netanyahu mengumumkan bahwa rezim Israel ingin mengambil kembali sektor tersebut dari Mesir.

Daerah ini dikuasai tentara Mesir setelah Israel menarik diri dari Gaza pada tahun 2005.

Oleh karena itu, kata dia, jika Israel merebut wilayah ini, itu akan memberikan keuntungan bagi Israel dengan membuka gerbang Rafah untuk mengusir warga Palestina dari Gaza ke Mesir.

“Hal ini akan mengurangi jumlah warga Gaza Palestina yang terjebak di Rafah,” jelasnya.

Jika pengusiran massal terjadi, itu akan memudahkan strategi Israel untuk hanya berperang melawan Hamas di Gaza Selatan. Untuk saat ini misi tersebut sulit diwujudkan karena banyak warga Palestina di wilayah tersebut.

Menurut Ferooze, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat tentara Hamas yang aktif melakukan perang gerilya melawan rezim Israel di wilayah tersebut.

Hal ini menyulitkan Israel untuk sepenuhnya melemahkan Hamas selain memaksa kelompok tersebut untuk bernegosiasi atau menyelamatkan warganya yang diculik.

“Namun kita harus sadar, jika Israel mengambil tindakan ini, akan semakin memperumit hubungan rezim Zionis dengan Mesir dan Amerika Serikat, dua sekutu terkuat rezim tersebut,” jelasnya. (Pizaro Gozali Idrus)

Artikel Terkait

Terkini