
Jakarta, Koridor.co.id – Catatan dalam 35 tahun ini menunjukkan impor beras cenderung melejit pada kurun waktu atau menjelang momen-momen tertentu.
Pemerintah merencanakan impor beras sebanyak 2 juta ton selama 2023. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan bahwa pemerintah telah menugaskan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk mengimpor 1 juta ton dari India.
Sementara itu, catatan UN Comtrade dan Badan Pusat Statistik selama 35 tahun terakhir menunjukkan Indonesia tidak pernah absen mengimpor komoditas pangan pokok itu. Setiap tahun, jumlah dan nilai impornya sangat fluktuatif. Uniknya, jika melihat dari sisi produksi dan konsumsi domestik, tampak nilainya cenderung stabil.
Grafis dalam gambar dalam tulisan ini memperlihatkan volume impor bahan pangan pokok itu meningkat. Hal itu terjadi, misalnya, pada kurun 1998-1999 ketika krisis moneter kemudian merontokkan ekonomi kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Dalam sepuluh tahun terakhir, volume impor beras juga naik cukup signifikan pada 2018 dan 2023. Kurun waktu tersebut merupakan tahun-tahun politik menyongsong Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 dan Pemilu 2024.
Apa yang mengakibatkan impor beras pada 2023 melejit signifikan? Secara normatif, suatu negara mengimpor beras karena untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Faktor yang memicu impor tersebut bisa saja karena gagal panen. Bisa pula karena produksi domestik tidak mencukupi atau untuk keperluan stok kebutuhan pangan.
Apakah pada 2023 produksi beras nasional turun? Atau konsumsi masyarakat yang meningkat lantaran frekuensi perhelatan juga meningkat?
Pertanyaan terakhir itu tentu saja berangkat dari asumsi bahwa memasuki tahun politik menuju Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan banyak perhelatan. Dalam persamuhan politik, baik yang hanya melibatkan kaum elite maupun massa, lazimnya ada juga perjamuan.