
Jakarta, Koridor.co.id – Neraca perdagangan internasional barang Indonesia secara konsisten menunjukkan terjadinya tren surplus secara berturut-turut dalam 37 bulan terakhir.
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) yang terbit pada 15 Juni menunjukkan surplus neraca ekspor-impor itu terjadi hingga Mei 2023.
Namun demikian, data BPS itu juga memperlihatkan nilai surplus perdagangan terakhir semakin mengecil dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Nilai lebih neraca perdagangan barang pada Mei 2023 tercatat senilai US$437 juta. Jumlah tersebut tercatat sebagai selisih lebih terkecil ekspor-impor barang yang terjadi dalam 37 bulan itu.
Menilik data per April 2023, kinerja positif neraca ekspor-impor pada Mei 2023 itu tergolong menurun cukup tajam. Pasalnya, pada April 2023, surplus perdagangan tercatat senilai US$3,9 miliar.
Demikian juga jika merujuk pada data Mei 2022. Surplus perdagangan barang turun dari US$2,9 miliar pada Mei 2022 menjadi US$437 juta pada Mei 2023.
Penurunan itu tampaknya terjadi karena melambatnya pertumbuhan ekspor barang yang terpicu oleh melemahnya perekonomian global. Penyebab lainnya ialah tingginya impor yang terjadi karena masuknya barang-barang impor yang tidak terserap di pasar global.
Dengan berbagai dinamika yang ada, tekanan terhadap neraca perdagangan semakin nyata. Sampai kapan surplus neraca perdagangan bisa bertahan?
Semoga, pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk melindungi pasar domestik dari ancaman masuknya barang-barang impor. Banjir barang impor tentu dapat menggerus pangsa pasar bagi industri dalam negeri.