
Jakarta, Koridor.co.id – Negara-negara Amerika Latin menggulirkan wacana pembentukan kartel lithium. Langkah tersebut sebagai sebagai respons atas tren produksi mobil listrik di dunia.
Negara-negara lumbung lithium dunia itu berharap dapat menikmati manfaat lebih besar dari adanya kartel tersebut. Kartel lithium itu layaknya OPEC bagi negara-negara penghasil minyak bumi.
Wacana kartel lithium itu merespons perkembangan produksi kendaraan listrik di berbagai belahan dunia. Tren tumbuhnya produksi kendaraan listrik itu mendongkrak permintaan terhadap baterai lithium secara siginifikan. Dampak lanjutannya, harga lithium sebagai salah satu bahan baku utama baterai mobil listrik pun melonjak tajam selama 2022.
Merujuk data US Geological Survey, selama ini negara produsen lithium terbesar di dunia adalah Australia. Total produksi lithium Australia pada 2022 diperkirakan mencapai 61 ribu ton. Jumlah tersebut setara dengan 46,9% total produksi lithium dunia.
Cadangan Lithium Terbesar
Adapun produksi lithium Chili berkisar 39 ribu ton atau 30,0% dari produksi lithium global. Negara Amerika Latin ini tercatat sebagai negara pemilik cadangan (reserve) lithium terbesar dunia.
Sementara itu, Indonesia tengah giat-giatnya mengkampanyekan penggunaan dan pengembangan mobil listrik. Indonesia bahkan punya rencana menggelontorkan insentif subsidi mobil listrik hingga puluhan juta rupiah.
Sayang, Indonesia tidak masuk daftar penghasil lithium. Itu yang terlihat dari tabel yang bersumber dari data US Geological Survey itu.